Blog Me

Hai! Selamat datang di blog ku. Perkenalkan, namaku Regita Cahyani, kalian cukup panggil aku Tata aja. Aku lahir di Aceh, 12 Mei 2002. Aku punya satu blog lagi, lho! :) : Sekian dulu, teman-teman, jangan lupa tinggalkan komentar dan follow blog ku, ya ... ^___^ Tertanda, Tata ' Is Girl The Smile '

Jumat, 20 Januari 2012

Titut dan Balon

Titut dan Balon

Titut seekor tikus kecil yang amat jenaka. Kesenangannya adalah mengumpulkan balon.

Banyak sekali balon yang dimilikinya. Balon-balon itu ada yang dibelinya di pasar, ada yang didapatnya waktu memenangkan suatu permainan di taman ria dan ada pula yang didapatnya dari teman-temannya ketika ia ulang tahun.
Balon

Ilustrasi: happybirthdayidea

Setiap kali mendapat balon, Titut mengikat balon itu pada sebatang bambu kecil yang lentur.

Ke mana saja Titut pergi, bambu itu selalu dibawanya. Sehingga kalau dilihat dari jauh, tampaknya seperti setangkai bunga raksasa yang berwarna-warni, yang sedang berjalan.

Semua kelinci dan burung-burung di hutan itu sudah mengenal Titut.

Kapan saja Titut lewat di muka mereka, mereka selalu berkata, “Wah, wah, Titut yang suka balon lewat! Lucu ya! Lucu ya!”

Sekarang Titut tidak lagi tinggal di hutan. Ia tinggal di daerah berpasir, di dekat pantai, bersama dengan seekor camar tua.

Hampir setiap hari burung camar itu berkata kepada Titut, “Titut, kalau balon yang kaukumpulkan terlalu banyak, bisa-bisa kau terbawa terbang ke angkasa!”

Namun Titut tidak pernah menggubris nasehat si Camar tua itu. Paling-paling ia cuma mengangkat bahu saja, lalu pergi.

Suatu hari, teman Pak Camar tua berulang tahun. Titut diundang ke pesta ulang tahunnya.

Oh, alangkah senangnya Titut. Sebab sepulang pesta itu, Titut mendapat sebuah balon yang amat bagus lagi besar. Bentuknya seperti ikan, warnanya kuning.

“Terima kasih, Pak,” ujar tikus kepada teman Pak Camar tua itu.
Tikus

Ilustrasi: ilustrated

Kemudian Titut menyimpul tali balon itu pada bambu pengikat balonnya. Tetapi apa yang terjadi kemudian?

Begitu balon itu terikat pada bambu, Titut bersama bambu pengikat balon itu terbang ke angkasa! Titut sangat terkejut.

Namun ia tidak mau melepaskan bambu pengikat balon itu.

Ia sangat menyayangi balonnya. Susah-susah, ia mengumpulkan balon sebanyak itu. Sekarang, masakan itu harus dilepaskan begitu saja?

Pak Camar tua terkejut sekali ketika melihat Titut tiba-tiba melesat ke udara. Begitu juga teman Pak Camar tua, tak kalah terkejutnya.

Namun ia sudah tahu, kalau Titut memang senang mengumpulkan balon. Karena itu, ketika melihat Titut melayang-layang di udara, ia tertawa, kemudian berseru, “Titut! Titut! Kau sekarang menjadi seekor burung! Bagaimana rasanya, enak tidak?!”

Sementara itu Titut sangat ketakutan. Ia berteriak sekuat-kuatnya, “Tolong! Tolong! Aku ingin ke bawah! Tolong!”

“Lepaskan bambu pengikat balon itu, lalu melompat!” teriak teman Pak Camar tua.
“Uhuhuhu, aku takut! Dan aku tidak mau kehilangan balon-balon yang bagus ini!” seru Titut sambil menangis tersedu-sedu.

Ketika itu Pak Camar tua sedang mencari ikan di laut. Sewaktu mendengar teriakan Titut, ia segera terbang menghampirinya.
Kerang

Ilustrasi: faqs

Pak Camar tua sayang pada Titut. Tetapi karena Titut sering tidak memperdulikan nasehatnya, maka sebelum menolongnya, Pak Camar tua menggodanya, “Halo, Titut! Sekarang kau mirip dengan seekor camar!”

Titut makin menangis tersedu-sedu. Akhirnya Pak Camar tua tidak tega juga. “Diamlah, aku akan segera menolongmu!”

Dengan paruhnya yang runcing, Pak Camar tua mematuk balon yang berbentuk ikan itu. Psssttt… balon itu kempes seketika!

Perlahan-lahan Titut turun dan akhirnya jatuh di atas rumput. Saat itu, ia tidak mampu untuk berdiri, karena kakinya masih gemetar!

Pak Camar tua mencabut balon berbentuk ikan yang sudah kempes dari bambu, lalu memperlihatkan pada Titut.

“Aku saja tidak pernah menangkap ikan sebesar ini,” kata Pak Camar. Titut tertawa.

“Kalau nanti kau berulang tahun, aku tidak mau memberikan balon lagi padamu. Cuma sepotong keju saja,” kata Pak Camar.

“Ya, itu juga suatu hadiah yang menarik,” ujar Titut. “Aku merasa, balon yang kukumpulkan sudah cukup banyak. Aku tidak mau mengumpulkan balon lagi.”

“Hore! Akhirnya kau mau mengerti juga, Titut!” seru Pak Camar tua, gembira.

“Dan tahukah kau, seandainya aku menjadi kamu, aku lebih suka mengumpulkan kerang daripada balon. Karena dengan begitu kau tidak akan diterbangkan angin ke angkasa!”

Titut berpikir, itu suatu usul yang baik juga. Maka sejak saat itu Titut menancapkan bambu pengikat balon-balonnya di kebun. Setiap hari kerjanya mengumpulkan kerang di pantai.

Diceritakan kembali oleh Santi Hendrawati.
Diambil dari Bobo no.11/Th VII/1979
Logo Potneg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar