* Gempa 8,5 dan 8,1 SR Munculkan Panik Tsunami
BANDA
ACEH - Hampir seluruh wilayah Aceh, Rabu sore kemarin diguncang gempa
berkekuatan 8,5 dan 8,1 SR yang diikuti setidaknya 16 kali gempa susulan
berkekuatan di bawah dan di atas 5 SR. Histeris dan panik tsunami
melanda masyarakat provinsi ini. Gempa yang berpusat di barat daya Pulau
Simeulue tersebut menyebabkan seorang warga Banda Aceh meninggal dan
beberapa warga Simeulue dilaporkan luka-luka.
Badan Survei
Geologi AS melaporkan gempa pertama berkekuatan 8,6 SR dengan kedalaman
20 km di bawah laut, sekitar 434 km dari ibu kota Banda Aceh, Provinsi
Aceh. Gempa itu juga memicu tsunami setinggi 80 cm di dekat pusat gempa.
Informasi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
menyebutkan, gempa 8,5 SR yang mengguncang Aceh kemarin terjadi pukul
15.38.33 WIB pada posisi 346 km barat daya Simeulue. Kemudian pada pukul
17.43.06 WIB terjadi gempa susulan 8,1 SR dengan pusat gempa di 483 km
barat daya Simeulue. Gempa pertama diikuti 5 kali gempa susulan
sedangkan gempa besar kedua diikuti 11 kali gempa susulan.
Dampak
gempa yang berpusat di Simeulue mengakibatkan munculnya tsunami dengan
skala kecil di beberapa wilayah. “Sempat terjadi tsunami di beberapa
wilayah. Sabang dengan ketinggian 20 cm, di kawasan Meulaboh (Aceh
Barat) 80 cm, dan wilayah Nias Utara dengan ketinggian 60 cm,” kata
Kepala BMKG Sri Woro B Harijono, dalam konferensi pers di Kantor BMKG,
Jakarta, Rabu (11/4).
Tadi malam, BMKG kembali menginfokan
terjadi gempa susulan dengan kekuatan 5,4 SR berlokasi 350 km barat daya
Kabupaten Aceh Jaya dengan kedalaman 10 km.
Berdasarkan data
yang dihimpun Serambi dari sumber BMKG, ketika gempa pertama terjadi,
sempat dikeluarkan peringatan tsunami yang mengancam Aceh, Sumatra
Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, dan Lampung.
Kemudian BMKG
mengeluarkan massage kedua berupa pemutakhiran data yaitu kekuatan gempa
dari yang pertama disebutkan 8,9 SR, berubah menjadi 8,5 SR, dan yang
terakhir adalah 8,3 SR.
Pada pukul 15.43 WIB, BMKG mengeluarkan
peringatan dini tsunami dan diperpanjang karena pada pukul 17.38 WIB
terjadi gempa susulan.
Banda Aceh-Aceh Besar
Gempa
yang mengguncang Aceh kemarin telah menimbulkan kepanikan luar biasa di
Kota Banda Aceh dan Aceh Besar. Pagar Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)
Banda Aceh di kawasan Pagar Air, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar roboh.
Namun, 447 tahanan dan napi di Lapas itu dilaporkan tak ada yang kabur.
“Ada yang berusaha keluar karena ketakutan, mereka takut
karena suara runtuhnya beton ini terdengar kuat. Tapi Alhamdulillah
kondisinya aman, tak ada yang roboh kecuali beton ini. Ya, saat itu
memang tahanan dan napi di luar sel semua karena sedang jadwal di luar
mulai pukul 15.30-18.00 WIB,” kata seorang petugas, Hamdani.
Hingga
pukul 22.00 WIB tadi malam, masyarakat dari pesisir Banda Aceh dan Aceh
Besar masih banyak yang belum berani kembali ke rumah, meski BMKG telah
mengeluarkan status berakhirnya potensi tsunami. Pusat-pusat
konsentrasi massa antara lain kawasan Lambaro, Gue Gajah (TVRI),
Blangbintang, Ulee Kareng, Masjid Raya Baiturrahman, dan sejumlah titik
aman lainnya yang jauh dari pesisir. Mereka berlarian bersama keluarga
sambil membawa barang-barang seadanya.
Tim penyebar arahan dan
update informasi gempa, seperti dari organisasi Radio Antar Penduduk
Indonesia (RAPI), SAR, BPBA, BPBD terus berkeliling ke pusat-pusat
konsentrasi massa untuk memperdengarkan lalulintas informasi dari
berbagai sumber. Bahkan, tim RAPI Kota Banda Aceh secara langsung
memperdengarkan informasi dari tim relawannya yang memantau kondisi air
laut di sepanjang garis pantai, mulai dari Aceh Jaya, Aceh Besar,
Sabang, dan Kota Banda Aceh. Lalulintas komunikasi relawan RAPI juga
direlay Radio Serambi FM, 90,2 MHz.
Laut surut di Sabang
Saat
gempa kuat mengguncang, warga Pulau Weh (Sabang) yang mendiami kawasan
pesisir, seperti dari Balohan dan Pasiran berlarian ke lokasi-lokasi
perbukitan.
Usai gempa, sekira pukul 17.15 WIB, warga turun ke
Pantai Kasih, Kecamatan Sukajaya menyaksikan tipikal air laut yang surut
hingga 50 meter menjauhi pantai. Selang sekira tiga menit, air laut
kembali normal.
Barat-selatan
Kepanikan luar biasa juga
terjadi di wilayah barat-selatan Aceh akibat gempa Rabu sore kemarin.
Ribuan warga Kecamatan Susoh dan sebagian warga Blangpidie, Kabupaten
Abdya berlarian dengan berbagai jenis kendaraan ke sejumlah titik aman
di Kecamatan Blangpidie. Sampai tadi malam masih ada yang bertahan di
titik-titik pengungsian. Pasien RSUD Abdya dilarikan oleh keluarga
masing-masing ke luar dari ruang rawat. Beberapa bangunan toko
bertingkat di Blangpidie mengalami retak dinding beton.
Di
Meulaboh, Aceh Barat, polisi mengungsikan seluruh tahanan dari sel
mapolres ke tempat yang lebih aman. “Langkah ini guna menghindari
kemungkinan tsunami,” ujar seorang anggota Polres ketika mengevakuasi
menggunakan sejumlah mobil ke arah Lapang menjawab Serambi, petang
kemarin.
Warga Tapaktuan, Aceh Selatan yang mendiami lekuk pantai
hingga Rabu (11/4) malam tadi masih bertahan di lokasi pengungsian di
Dusun Lubuk, Desa Gampong Hulu, dan sejumlah kawasan pegunungan lainnya.
Sedangkan di Singkil, pascagempa susulan, Rabu (11/4) petang,
ribuan warga yang tinggal di pinggir pantai Kecamatan Singkil dan
Singkil Utara, eksodus ke Gunung Meriah. Sementara penduduk Pulau
Banyak, lari ke dataran tinggi. Apalagi air laut di Pulau Banyak
dilaporkan sempat surut.
Utara-timur
Di Bireuen,
hingga 20.00 WIB tadi malam, ratusan warga dari Desa Ujong Blang dan
Kuala Raja, Kecamatan Kuala mengungsi ke kantor camat setempat.
Sedangkan di Samalanga warga dari Desa Pante Rheng, Sangso, Keude Aceh,
dan sekitarnya mengungsi ke kantor Camat Samalanga dan Simpang Matang,
Samalanga.
Kepanikan juga melanda masyarakat Aceh Tamiang. Hingga
menjelang magrib kemarin, warga Kuala Simpang (ibu kota Aceh Tamiang),
masih ada yang bertahan di lokasi-lokasi aman.
Di Kota Langsa,
kepanikan semakin menjadi-jadi ketika ada isu air laut mulai naik ke
pesisir Gampong Kuala Langsa, Kecamatan Langsa Barat.
Mengungsi
Ratusan
warga Kecamatan Muara Batu, Krueng Mane, Aceh Utara hingga tadi malam
mengungsi ke masjid karena takut gempa susulan. “Ada 200-an warga dari
Desa Keude Mane, Tanoh Anoe, Pante Gurah, dan Mane Tunong masih bertahan
di lokasi pengungsian,” lapor relawan RAPI Kota Lhokseumawe, JZ01KIG.
Sedangkan
di Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara, terjadi pengungsian warga dari tiga
desa, yaitu warga Lhok Rambideng, Ulee Matang, dan Paya Dua Uram.
Sampai pukul 23.00 WIB tadi malam, sekitar 190 warga dari tiga desa itu
masih bertahan, di antaranya di Kantor Partai Aceh (PA),
Pengungsian
massal juga terjadi di Kecamatan Kembang Tanjong, Pidie. Warga
mengungsi ke kantor camat, pusat pasar Luengputu, serta masjid di
Kecamatan Glumpang Baro.
Camat Kembang Tanjong, Syarbaini
mengatakan, warga yang mengungsi berasal dari Gampong Ie Leube, Pasi
Lhok, Jeumerang, dan Gampong Pusong.
Panik gempa dan isu tsunami
juga melanda warga Kota Lhokseumawe. Masyarakat pesisir pantai
meninggalkan Kota Lhokseumawe. Akibatnya, jalur ke luar dari pusat kota
macet total.
Di Kabupaten Pidie Jaya, warga pesisir berlarian ke
lokasi-lokasi yang mereka rasakan aman. Hingga pukul 21.00 WIB tadi
malam banyak warga Pidie Jaya, terutama dari Kecamatan Meureudu (wilayah
pesisir) masih bertahan di lokasi-lokasi pengungsian yang jauh dari
pinggiran pantai. Keresahan semakin betambah karena sejak pukul 20.00
WIB wilayah tersebut diguyur hujan lebat. (jal/sal/gun/ib/c38/yus/md/nun/naz/tz/riz/c39/c48/c42/c46/bah/ag)
sumber : http://aceh.tribunnews.com/2012/04/12/aceh-berguncang